Kamis, 04 Desember 2008

Tentang Qurban

Syariat Qurban


Syariat qurban terkait dengan syariat ibadah haji. Dalam surat Al Hajj Allah SWT menyebut hikmah ibadah haji sebagai mendapatkan berbagai manfaat perdagangan maupun saling mengenal antara kaum muslimin yang datang dari berbagai penjuru dunia di dalam haji disamping untuk mengingat Allah dalam memenuhi syiar-syiar haji. Allah SWT berfirman:

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfa`at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (QS. Al Haj 28).

Hari-hari yang ditentukan (ayyam ma’luumaat) dalam ayat di atas maksudnya adalah tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, yaitu hari nahar dan hari tasyriq (lihat Al Quran dan Terjemahannya hal 516). Hari nahar adalah hari penyembelihan qurban, demikian juga hari tasyriq selama tiga hari berikutnya. Diriwayatkan dari Jabir r.a. yang mengatakan:

Rasulullah saw. melempar jumrah (aqabah) pada hari raya qurban (yaumun nahr) pada waktu dhuha, sedangkan sesudahnya, dilakukannya bila matahari tergelincir (HR. Al Khamsah).

Diriwayatkan bahwa sahabat Anas r.a. menyatakan:

“Bahwa Nabi saw. tiba di Mina dan mendatangi jumrah lalu melemparinya, kemudian kembali ke tempat tinggalnya di Mina dan menyembelih kurbannya. (HR. Al Khamsah).

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:

“Segala hari tasyriq (11,12,13 Dzul hijjah) adalah hari menyembelih. (HR. Ahmad).

Dari perbuatan (fiil) Rasulullah saw. maupun ucapan (qaul) beliau saw. dalam riwayat-riwayat hadits di atas jelas bahwa qurban merupakan salah satu dari ajaran syariat Islam. Perbuatan maupun pernyataan Rasulullah saw. itu adalah jawaban atas perintah Allah SWT dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS. Al Kautsar 1-2).

Juga firman-Nya:

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (QS. Al Hajj 34).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa dalam ayat tersebut Allah SWT mengabarkan bahwa menyembelih korban dan menumpahkan darah dengan nama Allah adalah disyariatkan pada semua agama. As Shobuni dalam Shafwatut Tafaasir Juz II/265 mengatakan bahwa Allah memerintahkan penyembelihan korban sebagai rasa syukur kepada Allah atas rezki yang dikaruniakan Allah, berupa ternak seperti unta, sapi, dan kambing dan agar mereka menyebut asma-Nya dan menyembelih korban untuk mencari keridloan-Nya karena Dialah Sang Pencipta dan Pemberi rizki, bukan seperti orang-orang musyrik yang berkorban demi patung-patung berhala.

Hakikat Berkurban



Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(QS. Al Maidah 27).

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al Hajj 37).


Korban dilakukan dengan memberikan yang terbaik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT dan untuk mendapatkan keridloan-Nya. Ash Shobuni (idem) mengatakan bahwa prinsip korban ini adalah sikap taqwa dari kaum muslimin dengan tunduknya kaum muslimin mengikuti perintah-perintah Allah dan sikap mencari ridlo Allah dalam pelaksanaan perintah-perintah itu.

Sikap Jiwa ber-Qurban


Seorang muslim yang telah terbudaya dengan melaksanakan syariat Qurban akan terbentuk dalam dirinya untuk senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan menggapai keridloan-Nya, dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya yang wajib-wajib maupun yang sunnah-sunnah, sekalipun untuk itu dia harus mengorbankan apa saja yang dimilikinya, baik harta maupun nyawanya.

Dia memahami bahwa segala aktivitasnya, adalah didasari kesadaran bahwa itu adalah perintah agama-Nya, perintah Allah dan rasul-Nya. Ia sadar betul bahwa bilamana dia mengerjakan suatu kebajikan, tanpa didasari oleh motivasi agama, maka akan percuma baginya. Dia paham, jika suatu perbuatan dilakukan tanpa motivasi agama, hanya sekedar kemanusiaan, mungkin saja orang akan membanggakan dan memujinya, mungkin negara memberikan piagam penghargaan kepadanya, tapi kalau di hadapan Allah, semua perbuatan yang tidak dilakukan dengan ikhlas lilahi ta’ala dan tidak dilakukan dengan cara-cara yang disunnah Rasul-Nya tidak akan Dia SWT terima. Jadi kalau dia menyembelih korban, dia laksanakan sesuai tuntunan Rasulullah saw, yakni menyembelih onta, sapi, atau kambing. Tidak dia ganti dengan ayam, bebek, atau hewan lainnya yang tidak disyariatkan. Sebab, dia sadar bahwa yang diterima oleh Allah SWT adalah aktivitas yang disyariatkan oleh-Nya.

Oleh karena itu, buah dari syariat Qurban adalah tercetaknya jiwa-jiwa muslim yang rela berkorban dan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sebagaimana yang dijelaskan dan dicontohkan oleh rasul-Nya.

Maka, jika dia menyembelih hewan qurban dan dengan-Nya memberi maka orang-orang fakir, yang meminta maupun yang tidak meminta, bukanlah agar dia mendapat predikat dermawan. Atau kalau dia kirim hewan korban-Nya ke daerah bencana dan dia membantu orang-orang yang terkena musibah, bukanlah untuk mendapatkan sebutan orang bermoral dan berperikemanusiaan. Tapi semua itu dia lakukan dalam rangka ketaqwaan-Nya kepada Allah Sang Pencipta dan kesukaannya mendapatkan Ridlo-Nya.

Wallahu’alam!

Jakarta, 12 Jan 2005, akhir Dzul qa’dah 1425 H.


sumber : milis daarut tauhid at yahoo dot com


Pesan Moral Ibadah Kurban

Hari ini --sebagian esok hari-- umat Islam merayakan hari Iduladha atau disebut juga hari raya kurban. Hari Raya kurban berkaitan erat dengan sejarah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS.

Surat Al-Shaffat: 102, mengisahkan Ibrahim mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail, sebagai kurban. Ibrahim dan Ismail, selaku hamba taat, tidak bimbang sedikitpun untuk melaksanakan perintah dari Tuhan. Pada detik-detik terakhir menjelang peristiwa kurban itu, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.

Di balik kisah kurban Nabi Ibrahim tersebut, tersirat pesan moral yang amat dalam tentang nilai kemanusiaan dalam perspektif agama. Tuhan Maha- Pencipta yang maha-berkuasa menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya itu, tidak mau menjadikan manusia sebagai objek kurban, meski waktu itu Ismail rela diakhiri hidupnya.

Pesan moral dalam kisah kurban Nabi Ibrahim dan Ismail itu sangat paradoks dengan realita yang kita saksikan dalam dunia modern kini. Erosi kemanusiaan telah menggiring sebagian umat manusia pada kehidupan individualisme, materialisme, dan vandalisme yang membabi buta, sehingga jiwa, darah, dan kehormatan, sesama manusia pun seolah tidak berharga lagi.

Dalam contoh yang ekstrem, kini kita lihat begitu mudahnya orang melenyapkan nyawa orang lain karena sebab yang hanya sepele. Mereka membakar hidup-hidup, memusnahkan tempat kediaman, dan menganiaya orang lain, sehingga korban berjatuhan tiada terbilang lagi jumlahnya.

Padahal orang berbuat salah, menurut agama dan hukum, tidak boleh diperlakukan semena-mena dengan tindakan main hakim sendiri apa pun alasannya. Di manakah perasaan kemanusiaan mereka yang tega menghabisi sesamanya?

Nabi Muhammad saw berkata, ''Hancurnya bumi ini beserta isinya merupakan perkara kecil, bagi Allah, dibanding tertumpahnya setetes darah manusia tanpa jalan hak.'' Dalam hadis yang lain Nabi menjelaskan, ''Tuntutan perkara dalam hubungan antarmakhluk yang pertama dibuka di akhirat nanti ialah yang menyangkut darah manusia.''

Sejarah mengabadikan betapa tingginya penghargaan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan atau hak asasi manusia dalam dustur negara Islam tempo doeloe, seperti tecermin dalam riwayat Khalifah Umar bin Khatab, bahwa beliau pernah memarahi putra Gubernur Mesir, Amar bin Ash, ketika mendapat laporan bahwa anak gubernur memukul, bukan membunuh, teman bermainnya. Anak rakyat biasa. "Mengapa engkau memperlakukan anak manusia seperti budak? Padahal ibunya melahirkan mereka sebagai manusia merdeka".

Semoga hari raya kurban tahun ini meninggalkan bekas dan hikmah bagi kita sekalian, terutama untuk mempertebal rasa kemanusiaan dan keterikatan kita terhadap perintah dan larangan Allah.

alsofwah.or.id

Kamis, 23 Oktober 2008

Bersama Allah di Setiap Relung Napas Kehidupan

Ketakwaan kepada Allah pasti akan mendatangkan rizqi. Karena itu, meninggalkan ketakwaan pasti akan mendatangkan kefakiran (Ibnu Qoyyim al Jauziah). Mari kita renungi sejenak untaian kalimat dari Ibnu Qayyim ra ini. Siapapun kita, dari manapun kita berasal, kaya, miskin, harusnya bisa menyelami makna kata-kata hikmah sebagai peringatan dan teguran.
Segala kehidupan ini intinya ada pada takwa. Ketakwaanlah yang menjadikan kita merasa cukup meski mungkin saja harta yang kita miliki tidak melimpah. Ketakwaanlah yang menjadikan semua yang kita miliki, nikmati, diberkahi oleh Allah Azzawajallah. Ketakwaanlah yang menjadikan hidup berjalan stabil. Meski uang atau kemampuan materi kita kurang dari kebutuhan.
Saudaraku,
Mari pelihara dan tingkatkan taqwa kita dengan mendekati Allah. Tetapkan hati untuk menambah waktu yang tidak lama untuk berdiri melaksanakan sholat sunnah. Kuatkan azzam(komitmen) dan kesungguhan untuk mau membuka dan membaca kalam Allah, di tengah kesibukan apapun yang kita lewati. Gerakan bibir lebih banyak berdzikir, beristigfar, dan memuji Allah swt. Lawan untuk puas beristirahat di waktu sebelum fajar. Berwudhu dan bermunajatlah kepada Allah. Karena detik-detik mahal yang sangat kita perlukan sebagai energi memperkuat ketakwaan kita pada hari itu.
Ibnu Qayyim pernah bercerita tentang gurunya Ibnu Taimiyah ra ketika setelah melaksanakan sholat shubuh ia tidak segera keluar dari masjid melainkan untuk duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit. Ketika ditanya soal itu, Ibnu Taimiyah menjawab dengan untaian kata mutiara hikmah. Katanya, ”Ini adalah sarapanku, kalau aku tidak sarapan maka kekuatanku akan melemah”.(Wabil Ashabil: 44)
Begitulah kebutuhan seorang mukmin terhadap ketakwaan, berdzkikr, beristigfar dalam rangka membangun ketaatan kepada Allah swt. Kedekatan diri kepada Allah bukan hanya menjamin rizqi seseorang tetapi, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah menambah kekuatan fisiknya. Ali bin Abi Thalib ra menyimpulkan tiga keadaan bagi orang yang melakukan kemaksiatan. Balasan dari kemaksiatan adalah rasa lemah dalam ibadah, kesempitan dalam mencari penghidupan, kesulitan dalam kelezatan. Seseorang menanyakan apa yang dimaksud dengan kesulitan dalam kelezatan. Imam Ali menjawab ”Orang itu tidak akan merasakan kenikmatan yang halal.”(Tafsir Ibnu Katsir 3/533)
Saudaraku,
Jika kita adalah orang yang bertekad untuk berada di jalan Allah. Jika kita termasuk kelompok yang ingin berjuang menegakkan ajaran-Nya. Jika kita tergolong orang-orang yang termasuk mendambakan kehidupan yang tentram dan damai dalam naungan Allah Azzawajallah kita akan banyak mengalami banyak ujian, problematika, masalah, dan kesulitan. Tanpa ada kekuatan untuk bersandar niscaya kita tidak akan mampu mengatasinya dan tidak akan bisa melewati ujian yang menimpa kita.
Kemiskinan, musibah, tekanan, penderiatan baik fisik dan batin adalah bagian ujian dari Allah bagi hambanya yang berjalan di atas ajaran-Nya. Sementara bekal keimanan dan ketakwaan adalah bekal yang bisa menjadikan seseorang kuat dan tetap kembali kepada Allah. Maka, sekali lagi bersama-sama melangkah untuk senantiasa mendekati Allah swt. Kembali kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya adalah kunci lepas dari segala kesulitan. Rosulullah pernah bersabda ketika keluarganya mengalami kesulitan makan dengan menyatakan,” keluargaku... sholatlah...sholatlah..” (Fathul Qadir, Asy Syaukani, 3/396)
Berusahalah untuk tetap bersama Allah dengan memelihara hak-hak Allah dikala senang maupun dikala susah. Maka pasti Allah akan mengingat kita ketika kita mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan-Nya. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa hamba yang taat dan berdzikir kepada Allah, atau ia meminta pertolongan kepada Allah, maka para malaikat berkata : ”Ya Rabb ini adalah suara yang sudah dikenal dari hamba yang sudah dikenal.” tetapi bila ada orang yang lalai dan mengingkari perintah Allah berdoa maka para malaikat berkata, ”Ya Rabb suara yang biasa mengingkari dari hamba yang mengingkari.”(Al Wabil Shoib, 44).
Saudaraku
Inilah saatnya untuk segera berusaha sekuat tenaga untuk mendekakan diri kepada Allah. Menggapai ketakwaan dan keimananan kepada Allah di bulan Ramadhan yang penuh barokah ini. Bulan terbaik di antara bulan-bulan. Segala pahala dilipatgandakan. Bulan yang mengantarkan kita ke Syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Yaa aiyuhannafsul mutmainnah irji’i ila robbiki fadhuli fiibadi wadhuli jannahti. Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu. Maka masuklah ke syurga-Ku.

By Welman Hadi
Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Allah telah menciptakan alam dan isinya berpasang-pasangan, sehingga melahirkan hukum tarik menarik antara satu dengan yang lainnya. Artinya kondisi alam ini akan selalu dinamis sesuai dengan kehendak-Nya. Begitu juga halnya dengan kehidupan manusia, akan mengalami rotasi (perputaran) antara di bawah-di atas; sukses-tidak sukses; bahagia-susah, dll. Begitu juga dengan iman kita. Iman bisa datang dan pergi, naik dan turun.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya jiwa manusia itu mempunyai saat dimana ia ingin beribadah dan ada saat dimana enggan beribadah.” Di antara dua keadaan itulah manusia menjalani kehidupan ini. Dan di antara dua keadaan itu pula nasib manusia ditentukan.
Dalam arti lain, semakin seseorang berada dalam iman yang rendah, maka besar kemungkinan dalam kondisi ini akan mengakhiri hidupnya. Demikian sebaliknya, jika seseorang semakin sering berada pada kondisi iman yang tinggi, maka semakin besar peluangnya memperoleh akhir kehidupan yang baik. Pertanyaannya, bagaimana cara mewujudkan kondisi pribadi yang berujung kebaikan, pribadi yang pantang menyerah tersebut?
Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa sekenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.
Pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, tidak lain adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, medapat rezeki, dll. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dll., maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.
Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata dilihat secara fisik. Tetapi lebih-lebih dan yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat.
Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, ada hadist Nabi yang menyebutkan bahwa: “Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik dari mukmin yang lemah.” Jadi, manusia tangguh dam kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.
Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa kesuksesan menurut pandangan Alquran itu memiliki dua syarat pokok. Yakni iman dan ilmu (QS. 58: 11). Kedua hal ini, kalau kita kaji secara rinci, jelas-jelas memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.
Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman tersebut, yaitu berupa: kekuatan berpikir (quwatul idraak), kekuatan fisik (quwatul jismi), dan kekuatan ruh (quwatur ruuh).
Sedangkan menurut M. Yunan Nasution (1976), mengungkapkan pengaruh iman terhadap kehidupan manusia itu berupa: iman akan melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda; menanamkan semangat berani menghadapi maut; membentuk ketentraman jiwa; dan membentuk kehidupan yang baik.
Untuk mencapai dampak dari kekuatan iman itu, kuncinya terletak pada pribadi kita masing-masing. Dan kalau kita cermati, sebenarnya pembentukan sifat pribadi pantang menyerah dan tangguh ini adalah berawal dari sifat optimisme yang menyelimuti pola pikir orang tersebut.
Menyikapi keadaan seperti saat ini, kita seharusnya tidak menjadi pesimis dan berserah diri. Kita harus optimis dan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dalam hidup ini. Sehingga untuk menjadikan pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, maka dalam diri kita harus tertanam sikap optimis, berpikir positif, dan percaya diri.
Setiap manusia harus memiliki optimisme dalam menjalani kehidupan ini. Dengan sikap optimis, langkah kita akan tegar menghadapi setiap cobaan dan menatap masa depan penuh dengan keyakinan terhadap Sang Pencipta. Karena garis kehidupan setiap manusia sudah ditentukan-Nya. Tugas kita adalah hanya berusaha, berpikir dan berdoa agar sesuai dengan ridho-Nya.
Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita juga harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri. Berpikir positif kepada siapa? Pertama, berpikir positif kepada Allah. Setiap kejadian, peristiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Tugas kita, hanya berpikir dan membaca. Ada apa dibalik semua itu? Lalu, kita mengambil pelajaran dari kejadian itu dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku keseharian.
Kedua, berpikir positif terhadap diri sendiri. Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada saja perbedaan antara keduanya.
Sifat dan pribadi unik itu, harus kita jaga. Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita menuju ridho-Nya. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau diri kita sendiri meremehkan dan tidak “mengangkatnya”.
Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel sperma yang disemprotkan Bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus dinding telur Ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, “sang juara”. Hal ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani hidup ini.
Ketiga, berpikir positif pada orang lain. Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nuraninya tidak menghendakinya. Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja dan menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.
Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi dan menjatuhkannya. Lalu jatuh, diangkat lagi dan seterusnya sampai ia bisa terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidak mendendam. Ia kalau waktunya bermain “cakar-cakaran”. Tapi, kalau di luar itu ia akur, damai kembali.
Keempat, berpikir positif pada waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama, dimana pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau 86.400 detik sehari. Waktu itu, ingin kita apakan? Kita gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, mengeluh, berdemontrasi, bergunjing, santai, menuntut ilmu, menolong orang lain, melamun, ibadah, dan lainnya. Waktu itu tidak akan protes.
Yang jelas, setiap detik hidup kita akan diminta pertanggung jawabannya kelak, di hadapan Allah SWT. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh dan berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman, yang artinya: “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Untuk memaksimalkan sikap positif pada diri seseorang, lebih-lebih sebagai pembentuk pribadi yang pantang menyerah, tangguh, “tahan banting”, sabar dan istiqomah pada jalan-Nya. Tentu perlu dibagun pula dengan kebiasaan positif.
Semoga tulisan ini menjadi bahan penilaian terhadap diri kita sendiri, terutama kaitannya dengan keinginan pembentukan pribadi yang pantang menyerah. Dan kita berdoa, semoga Allah memberi kemampuan terhadap kita untuk membangun pribadi yang tangguh dan pantang menyerah sesuai tuntutan-Nya. Amin. Wallahu a’lam.
***
Arda Dinata, adalah praktisi kesehatan, pengusaha inspirasi, pembicara, trainer, dan motivator di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.
E-mail: arda.dinata@gmail.com
Hp. 081.320.476048.
http://www.miqra.blogspot.com

Sabtu, 23 Agustus 2008

Menyongsong Jamuan Ramahdan

Semoga Allah memberikan umur kepada kita untuk menikmati jamuan-Nya yang sangat spektakuler saat ini, yaitu datangnya bulan Ramadhan. Jamuan Allah yang membuat orang yang putus harapan jadi bisa berharap, yang putus asa jadi bisa bangkit, yang hampir lumpuh semangatnya bisa berkobar lagi. Janji-janji Allah di bulan Ramadhan ini memang begitu dahsyat. Seumpama benih yang telah mati, tiba-tiba diberi pupuk yang membangkitkan kekuatan dahsyat sehingga apapun yang layu dibuatnya tegar kembali.


Kalaulah kita banyak menghadapi hidup ini dengan rasa berat, seakan-akan tipis harapan, maka Ramadhan adalah saat dimana Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang berharap dari keberkahan bulan ini.


Seharusnya kita bersimbah air mata karena merasa ingin sangat ingin menikmati jamuan Allah SWT pada bulan Ramadhan kali ini. Seperti saat kita melihat seorang dermawan yang kaya raya dan mulia akhlaknya akan menjamu seseorang, dan ternyata kita akan merasa gembira sekiranya kita diundang atau dijamu oleh orang yang sangat kita segani ini.


Apalagi Ramadhan bukanlah jamuan dari makhluk, tapi langsung jamuan dari Pencipta Alam Semesta yang Mahatahu lumuran dosa kita, yang Mahatahu segala derita dan harapan dan harapan kita. Amatlah rugi andaikata kita tidak termasuk orang yang merasa sangat ingin memasuki Ramadhan ini dalam keadaan siap.


Berikut ini adalah khutbah Nabi SAW ketika menyambut bulan Ramadhan. Beliau bersabda : "Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.


Inilah bulan ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah.Bermohonlah kepada Allah Robb-mu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingnya untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celaka orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.


Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu sebagai kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkan tali persaudaraanmu, jaga lidahmu. Tahanlah pandanganmu dari yang tidak halal kamu memandangnya, dan jagalah pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.


Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tanganmu untuk berdoa dalam shalat-shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka yang memanggil-Nya dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.


Wahai manusia! Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian, maka bebaskanlah dengan istighfar. Pungung-punggung-mu berat karena beban (dosa)mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah Taala bersumpah dengan segala kebesarannya, bahwa dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud dan tidak akan mengamcam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Robbul alamin.


Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi (makanan untuk) berbuka kepada orang-orang mukmin yang melaksanakan shaum pada bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.


Para sahabat bertanya'"Ya Rasulullah tidaklah kami semua mampu berbuat demikian". Rasulullah meneruskan (khutbahnya),"Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian walupun hanya dengan seteguk air".


Wahai manusia! Barangsiapa membaguskan akhlaknya pada bulan ini, dia akan berhasil melewati shirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barangsiapa meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) pada bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya pada hari kiamat.


Barangsiapa menahan kejelekannya pada bulan ini, Allah akan menahan mulut-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari dia berjumpa dengan-Nya.


Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) pada bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan pada bulan ini, Allah akan memutuskan daripadanya rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya.


Barangsiapa melakukan shalat sunat pada bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran seperti melakukan tujuh puluh shalat fardhu pada bulan yang lain.


Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku pada bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al Quran maka pahalanya sama seperti mengkhatamkan Al Quran pada bulan-bulan yang lain.


Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhan-mu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Robbmu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan dibelenggu maka mintalah agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu.


Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib karomallhu wajhah berdiri dan berkata'"Ya Rasulullah, amal aoa yang paling utama pada bulan ini?". "Ya Abul Hasan amal yang paling utama pada bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah Azza wa Jalla" jawab Nabi SAW (HR.Ibnu Khuzaiman,Ibnu Hibban dan Baihaqi)


Nah sahabat. Kita tidak akan pernah berjumpa dengan kemudahan ampunan kecuali di bulan Ramadhan ini. Sebanyak dan semelimpah apapun dosa kita, sungguh Allah menjanjikan ampunan-Nya di bulan ini. Kalau kita merasa berat hidup karena lumuran dosa dan maksiat, maka ketahuilah ampunan Allah di bulan Ramadhan lebih dahsyat daripada dahsyatnya dosa-dosa kita. Kalau kita merasa gersang dan kering, maka Ramadhan adalah sarana yang paling cepat untuk mendapatkan rahmat-Nya. Kalau kita dililit utang piutang, maka Allah adalah Dzat Mahakaya yang menjanjikan terkabulnya terkabulnya doa,

dilunasi-Nya apa yang kita butuhkan.


Karenanya sungguh sangat rugi andaikata kita tidak bergembira ria, tidak bersemangat dalam menghadapi hidup ini. Ramadhan diawali dengan adzan berkumandang, maka itulah saat syetan dibelenggu, dimulainya hitungan pahala amal yang berbeda, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka. Maka sudah selayaknya kita harus sangat bersungguh-sungguh berharap agar Allah menjamu kita dengan menyiapkan diri jadi orang yang layak dijamu oleh Allah.

(Manajemen Qalbu - Aa 'Gym)

Sambut Ramadhan

Bulan suci yang dinantikan

Kini telah tiba

Ramahdan kembali hadir dengan rahmat-Nya...

Ayo kawan!

Sambutlah ia...


Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan ALLAH dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi ALLAH. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu ALLAH dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada ALLAH Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar ALLAH membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan ALLAH di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halah kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada ALLAH dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika ALLAH Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! ALLAH ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi ALLAH nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: "Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian."
Rasulullah meneruskan:) Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kai-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya(pegawai atau pembantu) di bulan ini, ALLAH akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, ALLAH akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, ALLAH akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, ALLAH akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, ALLAH akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, ALLAH akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini,ALLAH akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: "Aku berdiri dan berkata: "Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?" Jawab Nabi: Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan ALLAH".

"Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu'."

"Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain."

"Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya."

"Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang."

Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, "Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu."

"Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka."

"Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya."

"Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka."

"Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga." (HR. Ibnu Huzaimah).